Medan – Upaya Sumatera Utara (Sumut) mewujudkan target produksi padi pada tahun 2025 sebanyak 4.572.397 ton Gabah Kering Giling (GKG), bakal tak mudah. Pasalnya, dalam konferensi pers secara daring medio Nopember silam, pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bertajuk ‘Pandangan Iklim 2025’, menyebutkan, sebagian wilayah Sumut berpotensi mengalami curah hujan lebih 2.500 mm per tahun, jauh di atas normal yang berkisar 1.000-5.000 mm per tahun.
Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Sumut, H Rajali, melalui Pelaksana Sekretaris Dinas, HM Juwaini, di ruang kerjanya Jalan AH Nasution No 6 Medan, Kamis (02/01/2025).
“Kita tetap berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkan target produksi padi Sumatera Utara pada tahun 2025, dengan berbagai cara,” paparnya yang saat itu didampingi Sub-Koordinator Program, Yusfahri Perangin-angin.
Ia mengemukakan, target produksi padi tersebut diharapkan dari areal tanam tahun 2025 seluas 814.638 Hektar (Ha) yang bakal menghasilkan sebanyak 4.029.552 ton GKG. Produksi padi tersebut, kata Juwaini, semakin bertambah dengan pelaksanaan program Optimalisasi lahan melalui irigasi pompanisasi, bantuan pompa serta pengembangan lahan kering di tahun 2025 yang diproyeksi mampu menghasilkan GKG sebanyak 542.845 ton.
“Melalui program dari Kementerian Pertanian itu akan terjadi peningkatan areal tanam seluas 434.206 Hektar yang diproyeksikan mampu menghasilkan 1.874.033 ton Gabah Kering Giling,” sebutnya.
Secara terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Pengawasan Mutu Keamanan Pangan (PTPH dan PMKP) Dinas Ketapang TPH Sumut, H Marino, mengklaim, tetap melakukan beragam upaya untuk meminimalisir bencana banjir atau pun kekeringan.
“Sebanyak 130 personil POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan, red) yang ada di berbagai kabupaten/kota siap mengamankan pertanaman pangan dan hortikultura milik petani, mulai dari olah tanam hingga panen,” tegasnya.
Marino menyatakan, sejumlah langkah antisipasi telah dilakukan. Beberapa diantaranya seperti, menginstruksikan seluruh personil POPT meningkatkan pengamatan terhadap pertanaman dan melaporkan ke UPTD PTPH dan PMKP Sumut bila terjadi banjir atau pun kekeringan. Kemudian, mendekatkan seluruh sarana berupa pompa ke gudang-gudang Brigade Proteksi Tanaman agar bisa segera dimanfaatkan petani saat areal pertanaman kebanjiran.
“Kita juga akan merekomendasikan upaya penanganan yang tepat kepada petani, salah satunya melakukan normalisasi atau pun pembersihan parit di sekitar areal pertanaman, bahkan melakukan pompanisasi bila memungkinkan,” tuturnya lantas menambahkan, seluruh personil POPT diinstruksikan untuk mengaktifkan posko-posko di tingkat desa dan kecamatan.
Tidak hanya itu, Marino mengaku telah menginstruksikan seluruh personil POPT mendata areal pertanaman yang puso dan melaporkannya ke kantor PTPH dan PMKP Sumut dengan tembusan ke dinas pertanian setempat untuk mendapatkan bantuan benih dari pemerintah.
Sementara, Pelaksana Kepala Bidang Penyuluhan, M Syafnurdin Asroi, juga telah mengingatkan seluruh personil Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk lebih aktif berkomunikasi dengan para petani agar hambatan di lapangan bisa terdeteksi secara dini.
“PPL merupakan mitra kerja yang menjadi pendamping para petani untuk meningkatkan kualitas hasil pertaniannya sehingga pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan keluarganya,” ujarnya.
Diharapkan, melalui kedekatan tersebut, permasalahan yang dihadapi para petani bisa segera teratasi. Fey