Ilustrasi. Foto Net |
"Petugas kita masih melakukan pendataan atas jumlah babi yang mati akibat virus kolera itu. Berdasarkan data sementara, ada sekitar 50 ekor babi yang mati," ujar Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Taput, Ronny A Hutasoit melalui telepon selulernya, Selasa (15/10/2019).
Ia mengklaim telah menurunkan petugas peternakan untuk melakukan penelitian atas penyebab matinya puluhan ekor babi ternak masyarakat. Selain memeriksa kesehatan ternak masyarakat, pihaknya juga memberikan pengobatan terhadap hewan yang sudah terjangkit virus.
"Vaksinasi massal juga dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus. Hasil pemeriksaan, matinya puluhan ekor babi akibat penyakit hog cholera. Kita juga mengirimkan sampel uji untuk diteliti di laboratorium di Medan. Hasilnya belum turun," paparnya.
Tidak hanya di Taput, kasus babi mati mendadak juga terjadi di Kabupaten Dairi dan Humbang Hasundutan (Humbahas). Kematian hewan ternak ini membuat masyarakat menjerit. Kerugian peternak akibat babi mati mendadak itu ditotal mencapai ratusan juta rupiah.
Salah seorang peternak babi, Thomson Simarmata, memperkirakan, kasus kematian babi ini disebabkan virus yang sama. Masyarakat mengharapkan pemerintah turun tangan untuk mencegah meluasnya virus babi tersebut.
"Kita mengharapkan pemerintah menurunkan dokter hewan untuk melakukan vaksinasi dan pengobatan atas babi yang terserang penyakit. Selain itu, masyarakat membutuhkan sosialiasi dari pemerintah untuk menangani hewan yang terkena virus itu," sebutnya. Yohana Zira